Contoh Essay Ilmiah, Pendidikan, & Beasiswa Terbaik

Contoh Essay – Apa yang kalian pikirkan saat mendengar kata essay? Takut? Parno? Setiap orang pasti punya pengalaman tersendiri tentang essay, karena banyak instansi pendidikan ataupun non pendidikan yang meminta kita membuat essay saat akan baru masuk ke dalam instansi tersebut. Essay juga terkadang dijadikan pra-sayarat dalam sebuah program tertentu, seperti program beasiswa, pertukaran pemuda, dan lain lain. Bahkan saat masuk Perguruan Tinggi, ada berbagai jenis essay yang perlu di buat sehingga saat perkulian akan terbiasa dengan tugas dalam bentuk essay.

Essay merupakan sebuah uraian tentang sebuah masalah yang biasanya disertai dengan solusi. Essay juga terkadang dibuat utntuk memaparkan sebuah program atau rencana tertentu. Essay menuntut sebuah tulisan yang detail, terstruktur, dan mengandung opini yang masuk akal. Karena hal tersebut banyak kepala yang pusing saat akan memulai membuat essay, karena mengangapnya akan sangat sulit. Padahal sebenarnya tidak sesulit yang kalian pikirkan lo. Berikut kami paparkan pengertian, jenis-jenis, dan berbagai contoh essay sederhana.

Bacaan Lainnya

Contoh Essay

Pengertian Essay

Essay yang dalam bahasa Indonesia Esai merupakan sebuah uraian yang terdiri dari pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Essay pada prinsipnya mengandung opini dari sudut pandang penulis yang disertai dengan bukti berupa  fakta dan contoh nyata di lapangan. Uraian opini yang jelas dan padat dan disertai dengan data dan fakta yang kuat akan menambah kualitas dari sebuah essay. Sehingga dapat memudahkan pembaca untuk mudah memahami essay yang kita buat.

JENIS – JENIS ESSAY

Berdasarkan tujuan pembuatannya, essay dibagi menjadi berbagai jenis, diantaranya;

  1. Essay Deskriptif

Sesuai dengan namanya, essay deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hal baik orang, benda, maupun sebuah permasalaan tertentu. Dalam hal ini, seorang penulis diharapkan untuk mampu memberikan sebuah gambaran yang jelas untuk merepresentasikan hal yang dideskripsikan di dalam tulisannya.

  1. Essay Argumentatif

Argumentasi merupakan hal yang paling utama dibutuhkan dalam membuat jenis essay yang satu ini. Untuk mendukung kualitas essay, argumentasi perlu disajikan dengan fakta dan contoh nyata di lapangan. Pemaparan opini yang jelas dan terstruktur membuat essay argumentasi akan semakin berkualitas, sehingga mampu menggiring pembaca untuk percaya pada argumentasi yang disajikan.

  1. Tajuk

Tajuk merupakan essay yang dimuat di kolom pendapat atau opini di dalam surat kabar. Tajuk biasanya membahas isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat (happening). Pada umumnya tajuk sering menyoroti isu politik dan pemerintahan.

  1. Essay Cerita

Essay ini bertujuan untuk menceritakan atau melukiskan seuatu hal kepada pembaca. Harapannya pembaca mampu membayangkan hal atau benda yang diceritakan atau dilukiskan oleh sang penulis.

  1. Cukilan Watak

Essay yang satu ini pada dasarnya mirip dengan biografi, namun penulis juga mengungkap sebagian watak dari seorang tokoh terkait dengan suatu isu tertentu.

  1. Essay Paparan

Tulisan yang satu ini sama seperti namanya paparan. Memaparkan sebuah hal untuk memberi edukasi, informasi atau menjelasakan tentang sebuah hal kepada pembacanya.

  1. Essay Pribadi

Essay pribadi ini lebih ke membuat biografi sendiri. Menuliskan tentang penulis sendiri dengan sudut pandangnya sendiri.

  1. Essay Reflektif

Pada umumnya essay ini dibuat oleh ahli, pakar, atau pengamat untuk menanggapi berbagai isu yang sedang berkembang di masyarakat. Biasanya hubungannya erat dengan politik dan kebijakan pemerintah.

  1. Essay Kritik

Mengkritik adalah hal utama yang ditampulkan di essay ini. Kritikan yang disampaikan juga harus sesuai dengan fakta di lapangan dan umumnya diiringi dengan solusi dari sudut pandang penulis.

  1.  Artikel Penelitian

Essay ini diperuntukan untuk membuat sebuah laporan penelitian yang penulis lakukan. Di dalamnya terkandung hasil penelitian dan membandingkan atau mengecek hasil penelitian sebelumnya yang sama. Sehingga dapat menambah hasil-hasil yang baru dan paling mutakhir.  

Itulah beberapa jenis-jenis essay berdasarkan tujuan penulisannya. Namun di kehidupan sehari-hari kita biasanya menemukan essay yang berbeda misalnya essay beasiswa, essay pendidikan, atau essay ilmiah. Pada dasarnya mereka adalah contoh dari jenis-jenis essay diatas. Essay beasiswa merupakan jenis essay argumentatif atau paparan bahkan bisa jenis yang lain. Akan bersifat argumentatif saat essay dibuat dengan memberikan pandangan atau argumen terkait sebuah topik/isu yang diberikan oleh sponsor. Kemudian akan bersifat paparan ketika essay dibuat dengan memaparkan program rencana kuliah.

Baca Juga: Contoh Puisi Pendek

Berikut beberapa contoh essay yang sering kita temui, diantaraya essay pendidikan, essay beasiswa, dan essay ilmiah.

Contoh Essay Beasiswa

Berikut ini merupakan contoh essay beasiswa. Essay beasiswa biasanya dibuat untuk diajukan kepada sponsor yang akan memberikan beasiswa guna memberikan gambaran dari pelamar beasiswa. Ada berbagai jenis essay yang diminta biasanya seperti latar belakang keluarga dan pendidikan, pandangan terhadap sesuatu, kegiatan yang pernah dilakukan biasanya dan arahnya pada pengabdian, serta rencana-rencana jika suatu saat telah tamat dari program beasiswa yang didapatkan.

Contoh Essay Beasiswa : Untukmu Negeriku

Contoh essay berikut menjelaskan tentang langkah-langkah yang pernah dan yang akan dilakukan oleh seorang pemohon beasiswa.

UNTUKMU NEGERIKU

Terlahir dari keluarga sederhana, saya merasa sangat bersyukur karena telah mampu menyelesaikan pendidikan strata 1 dengan bantuan beasiswa Bidikmisi. Mendapatkan beasiswa tentu adalah hal yang sangat luar biasa. Ada puluhan ribu orang lebih yang mengikuti seleksi dan saya berhasil lulus. Itu merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Tentu kebangganaan tersebut harus dijaga dan dipertanggungjawabkan.

Dalam rangka mempertanggujawabkan beasiswa yang telah diberikan kepada saya. Saya berpikir untuk melakukan sesuatu untuk orang lain dan tentu dapat memajukan diri saya. Hal konkret yang bisa saya lakukan ketika mendapat beasiswa di Sekolah Menengah Atas (SMA), saya mengabdikan diri untuk menjadi pengajar Pramuka di tingkat Sekolah Dasar. Terlebih karena saya sudah mengikuti Pramuka dengan serius sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dengan berbekal pengetahuan yang cukup akhirnya saya memilih untuk menjadi pengajar Pramuka di tingkat SD.

Bagi saya, mengajar adalah hal yang menyenangkan karena dengan belajar saya dapat mengasah ilmu dan cara berkomunikasi dengan berbagai kalangan. Saya melanjutkan kegiatan mengajar ketika sudah menjadi mahasiswa di UIN Jakarta, untuk mejadikan diri ini lebih bermanfaat seperti sebuah penggalan kalimat “Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya”. Kemudian saya memutuskan untuk ikut sebagai relawan pengajar, Mobil Kelas Berjalan (MKB). Relawan pengajar ini merupakan sebuah wadah dari kumpulan relawan lainnya untu bergerak bersama membantu anak-anak yang kurang mampu dan mesti bekerja sebagai pemulung. Kami juga membantu mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak di sekolah dengan mencarikan donatur pada pengelola dana zakat.

Setelah mengenyam pendidikan strata 1 atas bantuan pemerintah melalui program Bidikmisi, saya berniat untuk melakukan sesuatu untuk Negara Republik Indonesia. Niatan tersebut saya wujudkan dengan melakukan pengabdian berupa mengajar setahun di daerah tertinggal sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih kepada negara ini. Saya mengabdikan diri sebagai Pengajar Muda di Desa Muning Dalam, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Dibantu oleh Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar, saya melakukan pemberdayaan masyarakat, mengajar di sekolah dasar, serta pelibatan masyarakat untuk merubah entitas perilaku dan sama-sama menyadari bahwa pendidikan adalah tanggungjawab kita bersama.

Tinggal bersama masyarakat yang notabene merupakan daerah terpencil mengharuskan saya untuk membina hubungan baik dengan banyak pihak di tingkat desa, kecamatan, baik kabupaten walaupun dengan keterbatasan akses transportasi dan komunikasi. Saya aktif mengajak masyarakat untuk terlibat langsung dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat, pelatihan guru-guru kreatif, pembinaan ekstrakurikuler di sekolah, dan pelatihan untuk murid berbakat dalam bidang sains, olahraga, dan seni. Bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) dan Kelompok Kerja Guru (KKG), saya membuat sebuah lokakarya yang bertema Kegiatan Bermain dan Belajar (KBB). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas para guru dalam proses belajar-mengajar. Materi yang diberikan berkaitan dengan pembelajaran kreatif yang berbasis lingkungan yang dimana kemudian dikelola oleh beberapa guru di kecamatan.

Lebih lanjut, saya mempelopori diadakannya pelatihan kesenian daerah seperti tari tradisional, kegiatan menyanyikan lagu daerah, dan berbalas pantun untuk meningkatkan kecintaan siswa pada budaya daerah sendiri. Setelah berhasil melaksanakan program K3S dan KKG, saya juga mengajak guru serta penggerak lokal yang berlatar belakang dari berbagai profesi untuk melaksanakan Kelas Inspirasi. Kelas Inspirasi merupakan sebuah wadah dimana rekan-rekan profesional dapat berkontribusi untuk dunia pendidikan khususnya sekolah dasar di kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Walau telah menyelesaikan kegiatan pengabdian di Kabupetan Hulu Sungai Selatan, saat ini saya masih aktif dalam membina gerakan sosial pendidikan melalui Kelas Inspirasi. Dalam hal ini saya mengajak berbagai kalangan untuk berkontribusi dan turun tangan ke sekolah dasar dengan berbagi dan mengajarkan profesi yang mereka tekuni sehari-hari. Ada banyak kalangan yang turut berkontribusi seperti para pemuda lokal, pemerintah khususnya yang memiliki keterkaitan, kalangan profesional, dan berbagai relawan pendidikan dari berbagai provinsi.

Dengan semua hal yang telah saya alami, yang mana mengharuskan saya untuk bertemu banyak orang dan menghadapi permasalahan di masyarakat membuat saya menjadi peka terhadap lingkungan sosial serta masalah yang ada didalamnya. Suatu waktu saya memikirkan kemacetan di daerah perkotaan yang semakin hari semakin memprihatinkan. Saat itu pula saya berangan-angan dimana Indonesia akan merdeka dari kemacetan. Saya terngiang dengan transportasi massal yang cepat, aman, nyaman, dan tentu dengan harga yang terjangkau bagi semua kalangan masyarakat. Dimana hal itu sesuai dengan semangat Nawacita, dimana tersurat bahwa membangun Indonesia dilakukan dari pinggiran, dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
Sebagai seorang lulusan Fisika Material, lebih lanjut saya bercita cita mengabdikan diri kepada negara dengan bekerja PT. Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, khususnya pada divisi Research and Development. Saya mempunyai ide untuk bisa mengembangkan sebuah sistem pelapisan pada rel kereta agar tidak terjadi oksidasi dan korosi sehingga Jakarta bisa memiliki transportasi massal yang baik. Demi mewujudkan mimpi tersebut, saya terlebih dahulu harus belajar lebih dalam lagi mengenai Fisika Material, khususnya sistem pelapisan di The University of Manchester guna mendukung kemampuan akademis dan pengalaman saya.

Contoh Essay Beasiswa : Generasi Unggul Indonesia

Contoh essay berikut menjelaskan tentang masalah-masalah yang dihadapi bangsa Indonesia dan solusi dari sudut pandang penulis, serta peran penulis di dalamnya.

GENERASI UNGGUL INDONESIA

Dalam rangka mewujudkan generasi yang unggul, ada segudang hal yang negeri ini perlu benahi. Mulai dari pendidikan, ekonomi, dan kesejahteraan sosial. Perubahan bangsa Indonesia untuk bisa menjadi lebih baik adalah tujuan masyarakat Indonesia bersama. Menciptakan sebuah kondisi sosial dengan mampu menghilangkan kesenjangan sosial tentu adalah hal yang sangat diinginkan seluruh masyarakat Indonesia.

Untuk ikut menjadi agen perubahan bangsa guna menjadikan negara lebih baik, mengabdi adalah salah satu jalan yang tepat. Pengabdian yang didasari oleh cinta tanah air. Pengabdian yang dilakukan dengan penuh rasa tulus ikhlas. Pengabdian yang tulus dari hati yang terdalam dengan tujuan membangun Indonesia tanpa rasa ingin mengambil keuntungan pribadi. Perlu diingat bahwa perubahan bangsa Indonesia tidak akan pernah bisa jika hanya dilakukan oleh satu atau beberapa orang saja. Seluruh lapisan dan elemen masayarakat harus dapat bekerja sama untuk bahu-membahu melakukan perubahan dan pembangunan untuk kepentingan bersama.

Pemuda adalah pemegang tongkat estafet kemajuan negeri ini. Pemuda adalah cerminan kesuksesan bangsa pada suatu hari di masa depan. Kemajuan dan kemunduran suatu negara ditentukan dari bagaimana pandangan masyarakatnya terutama pemudanya. Mengutip kalimat sederhana namun sarat akan makna dari Ir. Soekarno yaitu “Beri aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia”. Hal tersebut menunjukan betapa besarnya kekuatan yang dimiliki anak muda serta pengaruhnya. Pengaruh generasi muda dalam perkembangan suatu bangsa sangatlah penting.

Namun, yang terjadi di lapangan saat ini sangatlah berbeda. Dimana banyak pemuda yang masih tidak produktif. Bukan menjadi hal yang mengherankan karena pemuda Indonesia kini mengalami krisis moral. Hal ini terjadi tentu karena ada hal-hal yang mempengaruh seperti lingkungan sekitar dan perhatian orang tua di rumah. Kita dapat contohkan saja, seorang sastrawan muda sering merasa tidak percaya diri karena tulisan-tulisannya dianggap berlebihan oleh lingkungan sekitarnya. Seorang yang pintar dari segi akademis sering kita jumpai dikucilkan karena tidak pandai bergaul. Seorang seniman muda seringkali hanya dipandang sebelah mata karena nilai mata pelajaran lainnya buruk. Ada segudang potensi-potensi pemuda yang sirnah karena tidak mampu tersalurkan dengan baik atau sesuai dengan tempatnya.

Oleh karena itu, untuk dapat mengatasi malasah-masalah tersebut, seluruh elemen masyarakat harus ambil bagian didalamnya untuk dapat bekerja sama dan menciptakan generasi Indonesia yang unggul di saat ini dan masa yang akan datang. Masyarakat hendaknya lebih peka dengan lingkungan sekitar dan memperbaiki bagaimana cara berkomunikasi khususnya terhadap anak muda. Sehingga ketika komunikasi yang baik dapat terjalin, tujuan masing-masing yang dimiliki dapat dicapai dengan baik. Selain itu akan tercipta toleransi antar sesama yang sangat penting guna meningkatkan rasa memiliki antara satu dan lainnya di masyarakat. Dengan adanya hal tersebut secara tidak langsung akan membantu mengurangi krisis moral yang sedang berkembang di kalangan anak muda.

Sebagai salah satu generasi muda, saya mendapatkan banyak pandangan tentang bagaimana seorang generasi muda seharusnya. Namun bagi saya sebelum menciptakan generasi unggul, kita semua para pemuda hendaknya mengenali diri kita sendiri terlebih dahulu. Dengan memahami diri kita dari hal hal yang kecil kita sebenarnya sedang mengenali lebih dalam siapa diri kita dan apa yang selama ini kita lakukan. Selain itu kita juga perlu memahami bagaimana sempurna Tuhan menciptakan kita, bagaimana cinta dan ketulusan orang tua kita merawat kita, dan tentu juga memahami keinginan kita untuk menjadi orang berguna bagi orang lain bahkan bangsa Indonesia. Melalui proses pemahaman tersebut kita akan terarahkan untuk melakukan hal-hal yang positif.

Dengan pemahaman diri sendiri, kita secara pribadi akan mampu menempatkan diri di masyarakat. Ada beberapa poin utama yang menjadi acuan dalam mengenali diri kita sendiri yaitu, passion (minat), kejujuran, usaha, serta doa. Pentingnya memahami passion atau minat akan membantu mengarahkan kita untuk terjun kedalam hal yang sangat kita sukai dan tentu akan menunjang produktivitas kedepannya. Semua orang tentu mgidamidamkan untuk mengenyam pendidikan atau pekerjaan yang sesuai dengan minat mereka. Karena dengan adanya minat yang tinggi, setiap orang akan menjadi nyaman dengan apa yang sedang mereka kerjakan. Kedua adalah kejujuran. Ilmu kehidupan yang sangat mendasar yang sangat susah diterapkan oleh banyak di negeri ini. Sebenarnya Indonesia memiliki banyak orang hebat dan pintar namun tak semua dari mereka adalah orang jujur. Menjadi jujur adalah sebuah tantangan hidup dan belum banyak yang bisa melakukannya. Contoh maraknya kasus korupsi di Indonesia adalah sebuah cerminan bahwa orang jujur masih sangat langka.

Selanjutnya adalah usaha. Kerja keras seseorang akan menunjukan kualitas diri seseorang dalam mengerjakan sesuatu. Usaha mencerminkan bahwa seseorang sangat menghargai sebuah proses. Tidak mudah untuk mendapat sesuatu, semua perlu proses dan usaha. Usaha mengajarkan kita banyak hal, mulai dari sabar, tejun, dan berjuang tanpa mengenal lelah. Terakhir adalah doa. Sebagai Bangsa Indonesia yang memiliki pandangan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan keyakinan masing-masing, tidak luput rasanya jika kita tidak menyisipkan setiap doa saat kita melakukan sesuatu baik sebelum dan sesudah. Dengan doa kita akan belajar ikhlas dan pasrah dengan hasil yang akan kita dapat nanti.

Namun yang banyak terjadi di lapangan adalah banyak generasi muda yang tidak mengenali potensi diri mereka. Banyak kita temukan anak muda yang tidak berjalan sesuai passion mereka masing-masing. Contohnya, banyak kita temui pemuda yang tidak mengenyam pendidikan sesuai dengan potensinya. Alasanya bervariasi, mulai dari pengaruh orang tua, teman, atau bahkan asal pilih. Begitu pula di dunia kerja, masih banyak yang bekerja dengan rasa keterpasaksaan yaitu demi uang. Kebutuhan finansial yang semakin hari semakin banyak membuat orang terjun keluar passion mereka. Memang secara finansial akan sangat membantu namun dari segi produktivitas, tentu akan sangat berpengaruh.

Menurut saya pribadi, ini merupakan sebuah prinsip yang kurang tepat, dengan perbedaan passion dengan dunia yang dijalani akan dikhawatirkan akan menurunkan kualitas dari hal yang sedang mereka kerjakan. Berkaitan dengan hal tersebut, sebaiknya sedini mungkin kita perlu mengenali passion kit masing-masing. Dalam hal ini sangat penting juga bimbingan dan perhatian orang tua, sehingga anak dapat berjalan sesuai dengan passion-nya masing-masing. Dengan mengasah potensi diri di komunitas-komunitas kecil dan mengikuti berbagai kegiatan yang berdampak baik pada diri kita dan lingkungan sekitar, kita dapat menjadi bagian dari agen-agen perubahan. Agen perubahan yang akan membantu bangsa ini menjadi lebih baik khususnya dari segi sumber daya manusia. Dengan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, maka membentuk generasi Indonesia yang unggul akan sangat mungkin diwujudkan.

Saya sendiri dengan mengambil jurusan Ilmu komunikasi di Universitas Telkom Indonesia. Dengan ilmu komunikasi yang saya punya akan sangat bermanfaat untuk membantu kemajuan bangsa. Ilmu komunikasi sangat penting terlebih jika kita telaah lebih dalam, ilmu ini digunakan di berbagai bidang. Komunikasi cakupannya sangat luas seperti komunikasi sosial, komunikasi politik, komunikasi manajemen, komunikasi pembangunan, komunikasi bisnis, komunikasi lingkungan, komunikasi antar budaya, maupun komunikasi tradisional. Dapat disimpulkan bahwa ahli komunikasi dibutuhkan di semua bidang pekerjaan. Untuk dapat menjadi seorang komunikator yang professional dituntut untuk memahami konsep komunikasi secara teori dan praktek. Sehingga mampu melakukan interpretasi-interpretasi dan melakukan negosiasi dengan baik saat menjalankan tugas dan kewajiban menjadi seorang komunikator.

Dengan hal ini, saya merasa sangat siap untuk ikut melakukan perubahan demi menciptakan generasi Indonesia yang unggul dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di luar negeri. Berkaitan dengan hal tersebut, ada berbagai harapan yang perlu direalisasikan baik oleh pemuda Indonesia serta pemerintah. Harapan saya pada pemerintah adalah, pemerintah hendaknya mengapresiasi potensi generasi muda tidak hanya pada bidang bidang tertentu namun menjangkau semua bidang yang ditekuni oleh para generasi muda. Dengan menciptakan peluang-peluang baru bagi generasi muda tentu sangat membantu mereka agar dapat berkembang di bidang yang mereka tekuni.

Kemudian harapan saya untuk para generasi muda guna menuju generasi Indonesia unggul adalah kita tidak hanya cukup menjadi pribadi yang cerdas secara intelektual saja. Kita dituntut untuk cerdas secara emosional dan spiritual. Keseimbangan kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional akan dapat membantu memahami kehidupan secara menyeluruh dan yang terpenting adalah mampu menempatkan diri dengan baik di lingkungan sekitar dan masyarakat luas. Agar tidak terjadi kesenjangan antara diri kita dan masyarakat. Kita adalah generasi unggul kebanggaan bangsa Indonesia, kita harus yakin bahwa kita mampu mewujudkan generasi Indonesia unggul.

Contoh Essay Pendidikan

Berikut beberapa contoh essay bertemakan pendidikan.

Contoh Essay Pendidikan : Kebudayaan Daerah

Berikut ini merupakan contoh essay pendidikan yang berjenis deskripsi yang menjelasakan tentang hubungan budaya daerah, nasional, dan internasiaonal.

HUBUNGAN KEBUDAYAAN DAERAH DAN NASIONAL SERTA INTERNASIONAL

            Kebudayaan merupakan hasil pemikiran manusia yang dijadikan sebagai kebiasaan serta adat istiadat. Dalam ruang lingkup daerah kebudayaan mencakup segala sesuatu atau pemikiran dari manusia yang ada di suatu daerah dan dijadikan sebagai kebiasaan serta adat istiadat di suatu daerah tertentu. Kebudayaan daerah memiliki karakteristik dan ciri tertentu yang memiliki perbedaan antara kebudayaan di daerah yang satu dengan yang ada di daerah lain. Biasanya dipengaruhi oleh suku, ras,dan agama.Hal ini menimbulkan suatu kemajemukan atau heterogenitas yang tumbuh dan berkembang di daerah masing-masing. Hal inilah yang nantinya akan menunjukan atau memperlihatkan karakteristik budaya secara Nasional. Kemajemukan budaya yang ada di daerah akan memberikan sebuah nuansa yang khas dalam kebudayaan Nasional. Kebudayaan daerah sebagai jati diri sebuah bangsa merupakan poin yang sangat penting dan tidak dapat dikesampingkan peranannya. Kebudayaan daerah merupakan kebudayaan yang berasal dari berbagai daerah dan mempunyai keunikan yang sesuai dengan kearifan lokal tempat asalnya. Oleh karena itu kebudayaan lokal merupakan suatu aset bangsa yang perlu dilindungi karena sangat rentan akan tindakan-tindakan yang tidak bertanggung jawab dari pihak manapun termasuk negara lain yang dapat merugikan bangsa Indonesia.

Ada beberapa unsur dari kebudayaan daerah di Indonesia yaitu, bahasa, teknologi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, kesenian,  serta kebiasaan-kebiasaaan atau adat istiadat yang melekat atau terwariskan pada setiap generasi ke generasi. Kekhasan budaya daerah ini sering kali menarik pandangan daerah lain atau mancanegara. Terbukti banyaknya turis dan wisatawan asing yang mencoba mempelajari budaya Indonesia seperti pada umumnya mereka belajar tarian khas suatu daerah, atau mempelajari alat musik dari suatu daerah dan tidak sedikit dari mereka mencari barang-barang hasil kerajinan tangan untuk dijadikan buah tangan (cindera mata). Ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia memiliki suatu yang khas, unik serta menarik sehingga para wisatawan dan turis asing cukup antusias untuk mempelajarinya. Keseluruhan macam budaya lokal atau daerah tersebut akan membentuk atau memperlihatkan jati diri bangsa atau budaya dalam ruang lingkup Nasional yang penuh dengan kemajemukan. Namun terkadang ada beberapa kebudayaan daerah atau local yang tidak pas dengan kebudayaan secara nasional sehingga membuat adanya ketumpangtindihan suatu budaya. Kemudian tak jarang pula kemajemukan menimbulkan konflik, yang membuat rasa persatuan tercerai berai. Namun apabila kita memiliki rasa toleransi terhadap sesama, maka konflik tersebut akan dapat terhindarkan.

            Kebudayaan Nasional adalah keseluruhan kebudayaan yang mencakup kebudayaan daerah, jadi bisa dikatakan kebudayaan nasional meng-cover seluruh budaya daerah. Budaya nasional akan berkembang menjadi aturan-aturan yang ditetapkan nantinya sebagai peraturan yang digunakan sebagai acuan atau berprilaku dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kemudian kebudayaan internasional atau globalisasi  adalah kebudayaan dari satu atau beberapa Negara yang ada di belahan bumi ini yang memberi efek modernisasi kepada Negara lain. Dalam dunia globalisasi ini dikenal adanya multikulturalisme, jadi timbul berbagai macam hal atau pendapat yang dimunculkan oleh Negara-Negara yang kapitalis yang pada dasarnya melakukan dominasinya kepada Negara-Negara berkembang. Proses budaya globalisasi ini identik dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi. Kedua hal tersebut merupakan tonggak-tonggak terjadinya budaya globalisasi yang memberi dampak positif dan negatif pula.

          Ketiga budaya tersebut memiliki hubungan yang saling berkaitan, kebudayaan daerah akan mendukung eksistensi budaya nasional, begitu pula budaya nasional akan dapat membantu mempertahankan budaya daerah. Namun budaya globalisasi memberikan hubungan atau dampak yang berbeda, karena budaya ini pada umumnya datang dari luar Negara maka dari itu memiliki dampak yang positif dan negatif. Tergantung pada bagaimana budaya nasional dan daerah menyikapi budaya globalisasi tersebut. Sehingga akan terbentuk keselaraasan dan keharmonisan antara ketiga kebudayaan tersebut.

Contoh Essay Pendidikan : Pola Asuh Anak

Berikut merupakan contoh essay pendidikan yang berjenis argumentasi yang menjelasakan tentang peran keluarga dalam mengasuh anak

PENTINGNYA PERAN KELUARGA DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN POLA ASUH ANAK

Ruang lingkup masyarakat yang paling kecil adalah keluarga. Keluarga merupakan salah satu faktor penting dalam pengasuhan anak. Keluarga menjadi salah satu faktor penting karena secara dominan anak dibesarkan, diasuh, dan dididik oleh keluarga. Anak sebagai bagian dari keluarga, dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak akan terlepas dari lingkungan yang merawat dan mengasuhnya. Oleh karena itu, keluarga sebagai salah satu bagian dari tri pusat pendidikan menjadi faktor yang sangat penting yang akan selalu mempengaruhi anak sepanjang hidupnya. Keluarga, utamanya orang tua, memiliki peran penting dalam mengasuh anak meliputi sebagai penuntun, sebagai pengasuh, sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh bagi anak.

Keluarga sebagai pengasuh pertama dan utama bagi anak memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan karakter anak. Pengasuhan anak dalam keluarga menjadi tahap penting dalam membentuk karakter, moralitas, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai bagi anak. Pendidikan dalam keluarga yang dilakukan oleh keluarga, utamanya orang tua, memberikan keyakinan agama dan nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan bagi anak. Di samping itu, sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anak yang secara sadar atau tidak sadar akan diresapi dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak, sehingga hal ini akan mempengaruhi perkembangan karakter anak.

Pola asuh akan sangat menentukan perkembangan perilaku dan karakter anak sepanjang hidupnya. Pola asuh adalah sebuah pola interaksi orang tua dengan anak. Pola tersebut dapat berupa sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak. Lebih lanjut pola asuh termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan perilaku yang baik sehingga dijadikan panutan oleh anaknya. Pola asuh orang tua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak yang dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian dan karakter anak. Setiap pola pengasuhan harus memberikan rasa nyaman kepada anak, tetapi juga diperkuat dengan batasan norma-norma dan aturan-aturan untuk menghindarkan anak dari perilaku yang menyimpang.

Seiring dengan perkembangan zaman yang diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi, terjadi perubahan pola asuh orang tua terhadap anak. Pada era modern seperti saat ini, kebanyakan orang tua, baik ayah maupun ibu, sama-sama membangun karir masing-masing sehingga mengharuskan orang tua berada di luar rumah yang menyebabkan orang tua memiliki sedikit waktu untuk anak. Selain itu, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi (era digital) membuat banyak orang tua menggunakan gadget dalam kehidupan sehari-hari, dimana terkadang orang tua menghabiskan terlalu banyak waktu dengan gadget mereka, sehingga menyebabkan orang tua tidak memberikan perhatian yang optimal kepada anaknya. Hadirnya gadget juga menyebabkan perubahan yang signifikan dimana saat santai sore atau makan malam, orang tua dan anak kehilangan momen untuk berbincang-bincang atau mencurahkan perasaan dari hati ke hati karena masing-masing terlalu asyik menggunakan gadgetnya. Di samping itu, kesibukan orang tua menyebabkan orang tua mempercayakan anaknya kepada guru di sekolah atau kepada orang lain (seperti pengasuh anak, dsb) dimana orang tua tidak terlalu banyak aktif dalam memantau dan mengawasi perkembangan anaknya. Kebanyakan orang tua cenderung bersikap cuek terhadap anaknya sehingga membuat anak menjadi pribadi yang merasa kurang perhatian dan kurang kasih sayang dari orang tuanya.

Perubahan pola asuh anak yang dilakukan oleh orang tua mengakibatkan beberapa perubahan perilaku pada anak. Akibat dari orang tua yang sibuk membangun karir dan memiliki sedikit waktu untuk anak, anak menjadi pribadi yang merasa kurang diperhatikan dan kurang kasih sayang, sehingga anak cenderung untuk mencari perhatian di luar lingkungan keluarga seperti di lingkungan sekolah dengan cara melakukan perbuatan yang tidak baik seperti bertengkar dengan teman lainnya di sekolah, mem-bully teman, dan lain sebagainya. Kurangnya pemantauan dan pengawasan orang tua terhadap perkembangan anak juga mengakibatkan anak merasa bebas untuk melakukan hal apapun sesuka hatinya, dimana bisa saja perilaku atau perbuatan yang mereka lakukan menyimpang dari norma dan aturan yang berlaku, sehingga ini akan menyebabkan menurunnya kualitas karaktek anak. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua juga akan menyebabkan anak memiliki rasa percaya diri yang rendah dimana anak akan merasa takut dalam melangkah dan ragu dalam mengambil keputusan dalam hidupnya. Dampak lainnya ialah anak menjadi pribadi yang emosional dimana emosi anak akan cenderung meledak-ledak ketika ia melampiaskan kekesalan atau kemarahannya.

Melihat fenomena yang banyak terjadi saat ini antara orang tua dan anak, pendidikan pola asuh anak bagi orang tua dalam keluarga menjadi hal yang penting untuk dilaksanakan. Penerapan pola asuh yang tepat menjadi faktor yang sangat penting dalam pembentukan perilaku dan karakter anak. Pendidikan pola asuh anak sangat diperlukan bagi orang tua untuk memberikan informasi kepada orang tua mengenai cara-cara mengasuh anak yang baik.

Orang tua perlu mengetahui bahwa mereka tidak disarankan untuk menggunakan pola asuh otoriter karena pola asuh ini bersifat memaksa, mengatur, dan bersifat keras dimana hal ini akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan psikologis anak. Orang tua juga tidak disarankan untuk menggunakan pola asuh permisif (memberikan kebebasan kepada anak tanpa peduli terhadap perkembangan anak) karena ini akan menyebabkan anak menjadi pribadi yang manja dan egois. Pola asuh yang sebaiknya dilakukan orang tua terhadap anak ialah pola asuh demokratis, yaitu dimana dalam pola asuh ini anak diberikan kebebasan untuk memilih tetapi tetap dengan bimbingan dan pengawasan orang tua, sehingga anak akan merasa mendapat perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya. Pendidikan pola asuh anak dalam keluarga bagi orang tua diharapkan dapat membuka pikiran orang tua bahwa cara asuh orang tua terhadap anaknya sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian, perkembangan sosial, perkembangan emosional, dan perkembangan karakter anak.

Pada akhirnya, pola asuh anak yang diterapkan oleh orang tua bagi anaknya di dalam keluarga akan sangat mempengaruhi perkembangan anak sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, di dalam lingkungan keluarga, orang tua sebaiknya mampu menjalankan perannya sebagai penuntun, pengasuh, pengajar, dan pemberi contoh yang baik bagi anaknya. Di samping itu, diperlukan adanya kesadaran orang tua bahwa bukanlah semata-mata tugas seorang guru di sekolah untuk mendidik dan mengawasi anak, melainkan juga tugas orang tua dimana anak lebih banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, dan anak memerlukan perhatian dan kasih sayang yang optimal dari kedua orang tuanya. Komunikasi yang baik dan berkesinambungan antara orang tua dan guru di sekolah juga menjadi salah satu kunci utama untuk sama-sama memantau dan mengawasi perkembangan anak. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus bersinergi dan bekerja sama untuk mengawasi perkembangan anak demi terciptanya anak yang memiliki karakter yang baik sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku.

Contoh Essay Ilmiah

Berikut merupakan contoh essay ilmiah. Essay ilmiah pada dasarnya merupakan sebuah uraian yang dipaparkan secara sistematis dan mengikuti kaidah penulisan yang baik dan benar. Bagian Essay Ilmiah terdiri dari menentukan masalah, menentukan hipotesis, mengumpulkan data, menganaktirikan dan menyimpulkan. Ini menunjukan bahwa opini yang penulis berikan sudah dianalisis dan ditulis dengan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah.

Contoh Essay Ilmiah : Resistansi Bahasa Daerah

Contoh essay dibawah ini merupakan jenis essay deskripsi dimana penulis memberikan gambaran tentang masalah yang dihadapkan dengan eksistensi bahasa ddaerah. Dikatakan ilmiah karena penulisan essay tersebut didasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah, selain penggunaan bahasa yang formal dan alur yang sistematis, data-data yang disajikan juga diambil dari sumber yang jelas. Simak contoh essay berikut.

Resistansi Bahasa Daerah di Era“Westernisasi

Penulis: Komang Budi Mudita

Indonesia adalah negara dengan total populasi manusia sejumlah 250 juta jiwa dan merupakan negara dengan jumlah penduduk tertinggi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika serikat (Worldbank, 2013). Tingginya populasi manusia didukung kondisi geografis yang kaya pulau, menyebabkan Indonesia kaya akan budaya, suku, maupun bahasa. Data Etnologue tahun 2015 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 707 bahasa daerah dan merupakan 10 persen dari total 7.102 bahasa di dunia. 707 bahasa daerah tersebut digunakan oleh setidaknya 221 juta orang penduduk Indonesia (Etbologue dalam Budiwiyanto, 2015).

Meskipun Indonesia kaya akan bahasa daerah, sayangnya di tahun 2010 tercatat 146 bahasa daerah di indonesia terancam punah dan 12 diantaranya telah punah (Moseley dalam Budiwiyanto, 2015).  Tingginya tingkat kepunahan bahasa ini disebabkan oleh rendahnya penutur bahasa tersebut. Bahasa Jawa memiliki penutur kurang lebih 75,2 juta jiwa, bahasa Sunda 27 Juta jiwa, bahasa Melayu 20 juta jiwa dan bahasa lainnya yang bahkan berada dibawah satu juta jiwa, dan beberapa bahasa hanya memiliki penutur 10 jiwa hingga hanya 1 jiwa (Crystal dalam Cece Sobarna, 2007). Padahal prinsip daya tahan suatu bahasa adalah use of the linguistic system by an unisolated community of native speakers (Stewart dalam Muhammad darwis, 2011:4), dimana pengurangan penutur suatu bahasa akan berimplikasi pada tingkat kerentanan suatu bahasa untuk punah.

Muhammad Darwis (2011: 3) mengambil analogi spesies biologi, Krauss (1992) dalam mangategorikan daya hidup bahasa menjadi 3 tingkatan. Tingkat pertama yaitu moribund, yaitu bahasa yang tidak lagi dipelajari anak-anak sebagai bahasa ibu. Tingkat kedua yaituendangered,  yaitu bahasa yang meskipun sekarang masih dipelajari atau diperoleh oleh anak-anak, tetapi sudah tidak digunakan pada abad yang akan datang. Ketiga, safe, yaitu bahasa yang secara resmi didukung oleh pemerintah dan memiliki penutur yang sangat banyak. Menurut Darwis kondisi yang saat ini terjadi adalah bahasa daerah sudah tidak diperoleh dan dipelajari oleh semua anak maupun usia dewasa dalam kelompok etnik masing-masing (Muhammad Darwis, 2011: 4).

Rendahnya minat masyarakat khususnya pemuda dan anak-anak dalam menggunakan bahasa daerah dipengaruhi oleh banyak hal. Darwis menemukan faktor kemunculan TK (Taman Kanak-kanak) di pedesaan yang notabene menggunakan bahasa Indonesia menjadi pemicu utama minimnya minat anak-anak menggunakan bahasa daerah (Muhammad Darwis, 2011: 4). Faktor lainnya yang sangat jelas terlihat yaitu pengaruh globalisasi yang membuat masyarakat lebih berpikir global dan berorientasi internasional daripada lokal. Hal ini membuat sekolah-sekolah di Indonesia lebih memilih menggunakan bahasa Inggris sebagai muatan lokal dari pada bahasa daerah. Bahkan nilai bahasa Inggris menjadi penentu dalam seleksi perguruan tinggi maupun seleksi kerja.

Tingginya prioritas penggunaan bahasa nasional dan bahasa internasional dalam lingkungan akademik dan pekerjaan, sebenarnya dilatarbelakangi banyak hal. Tuntutan Indonesia terhitung sejak 1 Januari 2016 telah resmi memasuki pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan saat ini Indonesia dikabarkan akan memasuki TPP (Trans-Pasific Partnership) yang digagas oleh Amerika Serikat. Menghadapi MEA dikabarkan 1000 supir taxi Pilipina dan orang-orang Tailand belajar bahasa Indonesia (Tribunnews.com, 2016 dan beritasatu.com, 2014). Melihat kondisi tersebut banyak orang Indonesia yang mulai berlomba-lomba menguasai bahasa internasional. Apalagi melihat program nawa cita  yang diusung presiden Indonesia, Joko Widodo, dimana ia menargetkan peningkatan ekonomi sebesar 7 persen tahun 2019 (Liputan6.com, 2016). Alhasil Mayarakat akan lebih terpaksa belajar bahasa asing daripada bahasa daerah.

Menjadikan bahasa daerah sebagai anak tiri di daerah maupun dalam pelajaran sekolah sebenarnya tidak sejalan dengan peraturan yang ditetapkan Undang-undang. Undang-undang tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan pasal 42 ayat (1) menyatakan bahwa “Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.” Pemerintah jelas berusaha untuk melindungi bahasa daerah sebagai kearifan lokal yang harus dijaga dan dibangun dalam pola pikir masyarakat setiap saat, agar tidak terjadi dead languageatau kepunahan bahasa daerah.

Usaha-usaha dalam menjaga keutuhan bahasa daerah baik dari pihak pemerintah maupun akademisi sudah sangat banyak dilakukan. Beberapa diantaranya meliputi: Menjadikan bahasa daerah sebagai salah satu mata pelajaran wajib di sekolah; Melakukan pelatihan, penelitian, dan seminar bahasa daerah, oleh pemerintah daerah maupun akademisi (mahasiswa dan dosen); Serta menyediakan program studi bahasa daerah di perguruan tinggi. Memasukkan bahasa daerah kedalam kurikulum wajib, membuat bahasa daerah harus dipelajari oleh siswa. Ekspektasi dari kegiatan ini adalah, bahasa daerah dapat digunakan sehari-hari dan tetap bertahan di masyarakat. Namun sayangnya, yang terjadi adalah, siswa bertendensi melupakan bahasa daerah di luar konteks pelajaran dan tidak menjadikan bahasa daerah sebagai prioritas utama. Begitupun seminar dan pembukaan program studi bahasa daerah peminatnya sangat rendah, dan tidak bisa menjamin informasi dapat terdistribusi dengan baik ke seluruh masyarakat. Sehingga beberapa upaya tersebut dirasa sangat tidak efektif sebagai bentuk usaha revitalisasi bahasa daerah.

Salah satu harapan yang tersisa dari rapuhnya dan rentannya bahasa daerah yaitu masih ada beberapa bahasa daerah dengan penutur diatas satu juta jiwa, bahkan berpuluh-pulu juta jiwa. Hal ini sebenarnya menjadi sebuah refleksi bagi para ahli dan masyarakat Indonesia. Bahasa ini seperti bahasa Jawa khususnya di Malang, masih menjadi bahasa yang tetap bertahan di era globalisasi bahkan era westernisasi yang kini diadapi Indonesia. Konteks era globalisasi hanya melunturkan batas-batas geografis suatu negara, namun konteks westernisasi sudah mengarah pada ranah penyerapan suatu budaya, gaya hidup, dan aktivitas sosial dari negara Barat. Inilah klimaks dari ancaman budaya yang sebenarnya di hadapi Indonesia saat ini. Namun beberapa bahasa daerah masih bisa bertahan dan mampu melawan arus westernisasi yang melanda Indonesia, poin kunci inilah yang seharusnya dapat menjadi solusi  yang efektif dalam menghadapi degradasi bahasa daerah yang kian masif terjadi.

Daerah Malang, Jawa timur menggunakan bahasa Jawa yang memiliki dialek Jawa Timuran dan bahasa Madura. Selain dialek tersebut, ada pula dialek khas Malang yang disebut sebagai “Boso Walikan” (malangkota.go.id).  Bahasa Walikan memiliki ciri khas yaitu menggunakan kata-kata secara terbalik, seperti arek-kera, sedia-aides, sego-oges, pecel-lecep, mabuk-kubam, dan lainnya. Bukan hanya pembalikan huruf-huruf dalam kata tetapi juga meliputi perubahan letak fonem seperti fonem /i/ dan /u/ pada kata ‘bingung’ yang kemudian berubah menjadi ‘ngingub’ (Icuk Prayogi, 2013:2). Menurut penutur asli bahasa Walikan, inversi kata-kata ini sangat bebas dan terbentuk karena kesepakatan bersama, hal ini disebabkan oleh beberapa kata yang sulit diucapkan jika dibalik konstruksinya.

Sejarah linguistis bahasa Walikan sebenarnya sudah digunakan pada masa kolonialisasi oleh bangsa asing di Indonesia. Menurut beberapa literatur bahasa ini digunakan Kelompok Gerilya Kota (GRK) Malang pada zaman agresi militer II setelah kemerdekaan. Penggunaan bahasa ini dilatarbelakangi oleh penyusupan mata-mata Belanda untuk mengusust keberadaan Laskar Mayor Hamidi Rusdi, yang gugur pada tanggal 8 Maret 1949. Demi menjamin kerahasiaan informasi, para pejuang kala itu membuat suatu identitas bahasa Walikan, guna mengenali sesamanya. Dan identitas inilah yang sampai saat ini terus digunakan oleh arema, atau sebutan anak muda untuk ‘Orang Malang’ (Icuk Prayogi, 2013: 3 bandingkan Yunan Salimow (2009) dan Halomalang.com (2015)).

Eksistensi bahasa Walikan tetap bertahan di era westernisasi disebabkan oleh dukungan yang sangat besar dari semua pihak. Munculnya rubrik Ebes Ngalam dalam Harian Malang Post menunjukkan ada identitas kultural yang coba disampaikan dan dipertahankan oleh masyarakat, hal ini juga menunjukkan peminat bahasa Walikan sangat tinggi (Nurdiani Galuh M., 2010). Selanjutnya kontinuasi peran pemuda, anak-anak, dan orang tua yang tidak pernah berhenti menggunakan bahasa Walikan, membuat eksistensi bahasa Walikan mengalahkan bahasa asing yang masuk ke dalam area masyarakat.

Usia anak-anak adalah usia yang sangat baik untuk menanamkan nilai-nilai moral dan budaya pada dirinya. Dalam sosiologi anak-anak akan mengalami masa preparatory stage (tahap persiapan, usia 1-5 tahun) dan play stage (tahap meniru, usia 6-12 tahun) yang akan memungkinkan anak-anak untuk merekognisi hal-hal yang akan membentuk kebiasaan mereka. Selanjutnyagame stage (tahap mulai menyadari tindakan, usia 13-17 tahun) dan generalized stage (Tahap penerimaan norma kolektif, usia 17 tahun ke atas) akan membuat anak-anak memahami arti penting penggunaan bahasa daerah dan mampu menjadi agen sosialisasi yang baik terhadap generasi yang baru dalam suatu masyarakat. Inilah teori normatif yang sebenarnya aplikatif dalam masyarakat Malang, dan telah terintegrasi dengan baik melalui pemahaman semua tingkat generasi.

Pihak mahasiswa sebagai agent of changesocial control, dan iron stock tidak kalah penting dalam afirmasi bahasa Walikan. Dalam konteks agent of changemahasiswa daerah Malang bukan sekelompok penggagas  nilai dan norma yang memperisai daerah Malang dari pengaruh westernisasi. Mahasiswa Malang memposisikan diri sebagai sekelompok  generalized stage masyarakat intelek, yang menggunakan bahasa Walikan sehari-hari dan menjaga keutuhan bahasa Walikan tersebut melalui penelitian, sosialisasi masyarakat langsung, dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya keutuhan bahasa daerah. Dalam konteks social controlmahasiswa tidak bertindak sebagai agen keamanan yang menggunakan senjata dalam mengontrol kehidupan sosial, melainkan menggunakan intelektual sebagai penguat masyarakat dan keutuhan sosial tanpa menolak pengaruh positif yang bisa diterima dari luar daerah. Bahkan sampai saat ini sudah banyak paguyuban-paguyuban yang digagas mahasiswa Malang dalam menjaga keutuhan bahasa daerah. Tindakan-tindakan mahasiswa dalam ranahagent of change dan social controlsebenarnya sudah menunjukkan bahwa mahasiswa malang adalah iron stock yang berpotensi menjadi pemimpin-pemimpin masa depan dan mempu mempertahankan bahasa daerah Malang.

Itulah poin-poin penting yang seharusnya digunakan dalam melestarikan bahasa daerah. Refleksi eksistensi bahasa Walikan seharusnya mampu menjadi contoh guna mempertahankan keutuhan bahasa daerah lainnya yang diprediksi akan mengalami kepunahan. Langkah pertama jika berkaca pada kesuksesan bahasa Walikan yaitu mulai menggunakan bahasa daerah sehari-hari, utamanya dari keluarga kecil. Bahasa daerah akan lebih mudah dipahami dan mejadi kebiasaan bila intensifitas penggunaanya tinggi, dan hal ini sangat sesuai dengan lingkungan rumah, dimana anak-anak biasanya menghabiskan 60-80% waktunya dirumah. Selanjutnya intensifitas penggunaan bahasa daerah oleh pemuda. Jika melakukan analogi pada bahasa daerah dengan bahasa Walikan, maka kita bisa melihat bahwa pengaruh arema akan eksistensi bahasa daerah sangat besar, bahkan lebih besar dari pengaruh pemerintah daerah. Arema menggunakan bahasa daerah di lingkungan sosial masyarakat, media sosial, sekolah, kampus, bahkan terkesan menimbulkan fanatisme yang tinggi. Alhasil bahasa daerah dapat bertahan ditengah arus westernisasi dan globalisasi. Langkah inilah yang seharusnya menjadi cerminan bagi daerah lainnya.

Meskipun penggunaan bahasa daerah wailikan terkesan fanatis, hal ini sangat dipercaya tidak akan menimbulkan etnosentrisme bahkan primordialisme. Pasalnya lingkungan akadik formal, seminar, maupun acara formal, masyarakat Malang tetap menggunakan bahasa Indonesia, dan bahkan tidak sedikit juara debat bahasa Inggris di kota Malang tetap menggunakan bahasa Malang dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini menunjukkan bahwa mencintai kearifan lokal bukan sebuah hal yang memperkecil kesempatan untuk bisa meningkatkan taraf hidup. Bahkan Malang tetap menerima penghargaan baik nasional maupun interansional meskipun seluruh aspek kehidupan masyarakat Malang masih mengintegrasikan kultur yang ada. Tahun 2016 Malang mendapatkan penghargaan Global Water Award oleh uni Emirat Arab (malang.merdeka.com, 2016) bahkan jika dilihat tahun 2015 Malang mendapatkan penghargaan oleh Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia karena keaktifannya dalam hal budaya (bakesbangpol, 2015).

Demikianlah kondisi yang terjadi pada Indonesia saat ini, saat ancaman penggulingan rezim tidak lagi menjadi urgensi dalam agenda rapat negara, kini saatnya degradasi budaya khususunya bahasa, terancam akan punah dan hilang dari peradaban. Penggunaan bahasa daerah semakin hari semakin minim digunakan, perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak agar tetap menjadi local geniusyang mengandung nilai-nilai sejarah dan memiliki daya jual tersendiri. Inilah tujuan penulis menmbongkar kode (crack code) rahasia dari bahasa Walikan, agar mampu menjadi refleksi guna mempertahankan bahasa daerah di era westernisasi. Dari keseluruhan gagasan ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan guna meningkatkan penggunaan bahasa daerah secara efektif. Hal pertama yaitu penggunaan bahasa daerah harus dintensifkan baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat, untuk mendukung terciptanya penggunaan bahasa daerah. Dukungan pemerintah khususnya Menteri Pariwisata dan kebudayaan, Pemerintah daerah, serta komunitas-komunitas peduli bahasa daerah  perlu mendukung program-program pengembangan budaya baik yang dilakukan pihak swasta maupun mahasiswa. Dengan integrasi pihak-pihak yang terkait serta penanaman penggunaan bahasa daerah sejak dini, niscaya suatu bahasa daerah tidak akan punah begitu saja. Jika 5 dari 10 orang mampu menggunakan bahasa daerah, maka tahun 2010 bukan 12 bahasa yang punah, tetapi hanya 6 saja, dan relevansinya akan sangat tinggi jiga 9 dari 10 orang mampu menggunakan bahasa daerah setiap harinya.

Selain contoh essay diatas ada banyak lagi essay yang dapat kita temui di dalam kehidupan sehari-hari yang dibuat dengan tujuan dan maksud tertentu.
Demikian beberapa contoh essay pendidikan, beasiswa, serta ilmiah. Semoga contoh essay diatas bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih
Komentarmu.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *